Remaja Kurang Paham HIV/AIDS
28/07/2009 05:24YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Generasi muda kurang diberikan pengetahuan mengenai "human immunodeficiency virus-acquired immune deficiency syndrome" (HIV-AIDS), sehingga mereka kurang memahami penyakit berbahaya tersebut.
"Generasi muda perlu diberi bekal sebanyak mungkin tentang HIV-AIDS," kata pendiri Jaringan Muda Peduli HIV-AIDS (Jari Mulia) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Aliyah SKed di Yogyakarta, Sabtu.
Ia mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memberikan edukasi dan penyampaian informasi tentang HIV-AIDS kepada generasi muda adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah.
"Ekstrakurikuler mengenai kesehatan reproduksi, pengetahuan HIV-AIDS, bahaya narkoba di sekolah-sekolah perlu dilakukan, sehingga generasi muda memiliki kesadaran dan pemahaman tentang HIV-AIDS," katanya.
Menurut dia, pemerintah sebenarnya telah berupaya untuk menanggulangi kasus HIV-AIDS. Misalnya dengan adanya anjuran pemakaian kondom dan pembagian jarum suntik secara gratis.
Namun, program yang selama ini dilakukan pemerintah hanya sebatas mengikuti program dari negara lain seperti Amerika Serikat.
"Padahal di negara yang menjadi kiblat pemerintah dalam penanggulangan HIV-AIDS, program tersebut sudah tidak digunakan lagi karena dinilai gagal," katanya.
Ia mengatakan, faktor lain yang menyebabkan jumlah penderita HIV-AIDS bertambah adalah publikasi mengenaipenyakit yang tidak bisa diobati itu kurang. Hal itu menyebabkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai HIV-AIDS rendah.
"Masyarakat saat ini cenderung hanya sekedar tahu apa itu AIDS, namun kurang sadar tentang HIV-AIDS, terutama penyebaran dan pencegahannya," katanya.
Menurut dia, HIV-AIDS tidak bisa diobati. Penyakit itu hanya bisa dicegah agar tidak muncul penderita yang lebih banyak lagi. "Untuk itu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan agar penyebaran HIV-AIDS dapat dicegah," katanya.
Upaya itu antara lain masyarakat harus memahami apa itu HIV-AIDS. Dengan membuka wacana, telinga, dan mata masyarakat bahwa berbicara mengenai HIV-AIDS, masalah seksual, dan kondom bukanlah hal tabu.
"Selain masyarakat, pemerintah juga harus lebih serius dalam menangani masalah HIV-AIDS. Tanpa partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam menangani masalah itu, upaya pencegahan HIV-AIDS sulit dilakukan," katanya.
Ia mengatakan, Jari Mulia merupakan komunitas mahasiswa UMY yang memiliki kepedulian terhadap penyebaran HIV AIDS di Indonesia khususnya di Yogyakarta.
Fokus kegiatan Jari Mulia yakni pencegahan penyebaran virus HIV-AIDS melalui metode edukasi dengan penyuluhan dan pendampingan kepada remaja dan kaum muda. "Pendampingan itu berupa pemberian materi dan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan HIV-AIDS ke sekolah-sekolah," katanya.
———
Back